Alat Pendeteksi Kanker Di Ciptakan Oleh Pelajar 15 Tahun
Jack Andraka, 15 tahun, dari Crownsville, Amerika Serikat, patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, diusianya yang masih dini, pelajar ini menyabet gelar pertama untuk penemuan metode baru alat pendeteksi kanker pankreas.
Jack berhasil memenangkan anugerah itu pada acara Intel International Science and Engineering Fair tahun 2012 sebagai bagian dari program Society for Science & the Public, di Amerika.
Dengan menggunakan medium berbasis kertas tes diabetes, Jack berhasil menciptakan sensor celup sederhana untuk menguji darah atau urin untuk menentukan apakah pasien mengidap kanker pankreas stadium awal.
Hasil kajian itu memiliki akurasi lebih dari 90 persen dan menunjukkan bahwa sensor ciptaannya yang akan segera dipatenkan ini 28 kali lebih cepat, 28 kali lebih murah dan lebih dari 100 kali lebih sensitif dibandingkan perangkat tes yang telah ada saat ini.
Melalui pencapaiannya itu, Jack berhak menerima penghargaan Gordon E. Moore, sebuah penghargaaan senilai USD 75.000 yang diberikan untuk menghormati salah satu pendiri dan mantan CEO serta komisaris Intel.
Bukan hanya Jack, pelajar asal Indonesia, Muhammad Luthfi Nurfakhri dari SMA Negeri 1 Bogor juga tidak kalah hebat. Dia berhasil memenangkan peringkat ketiga dalam ketegori teknik (elektris dan mekanik) dan mendapatkan penghargaan sebesar US$ 1.000 untuk proyeknya yang berjudul ‘Digital Leaf Color Chart’.
Santhosh Viswanathan, Chief Representative Intel Indonesia mengatakan, kegiatan ini penting untuk terus digalakkan, mengingat ilmu pengetahuan dan matematika menjadi faktor penting untuk pertumbuhan global di masa depan.
"Kami mendukung penuh kegiatan Intel International Science and Engineering Fair (ISEF), demi untuk kemajuan dan pertumbuhan global di masa mendatang,” kata Santhosh Viswanathan.
Pada tahun ini, lebih dari 1.500 ilmuwan muda turut bersaing dalam ajang Intel International Science and Engineering Fair. Mereka ini dipilih dari 446 kompetisi serupa di sekitar 70 negara, wilayah dan teritori.
Dikesempatan yang sama, Deva Rachman, Corporate Affairs Director Intel Indonesia menyatakan, dalam kondisi ekonomi global seperti saat ini, Intel menyadari bahwa rasa ingin tahu, pemikiran kritis, serta pondasi kuat di bidang matematika dan sains merupakan hal yang penting dimiliki oleh sumber daya manusia Indonesia untuk bisa memiliki daya saing tinggi di masa depan.
Jack berhasil memenangkan anugerah itu pada acara Intel International Science and Engineering Fair tahun 2012 sebagai bagian dari program Society for Science & the Public, di Amerika.
Dengan menggunakan medium berbasis kertas tes diabetes, Jack berhasil menciptakan sensor celup sederhana untuk menguji darah atau urin untuk menentukan apakah pasien mengidap kanker pankreas stadium awal.
Hasil kajian itu memiliki akurasi lebih dari 90 persen dan menunjukkan bahwa sensor ciptaannya yang akan segera dipatenkan ini 28 kali lebih cepat, 28 kali lebih murah dan lebih dari 100 kali lebih sensitif dibandingkan perangkat tes yang telah ada saat ini.
Melalui pencapaiannya itu, Jack berhak menerima penghargaan Gordon E. Moore, sebuah penghargaaan senilai USD 75.000 yang diberikan untuk menghormati salah satu pendiri dan mantan CEO serta komisaris Intel.
Bukan hanya Jack, pelajar asal Indonesia, Muhammad Luthfi Nurfakhri dari SMA Negeri 1 Bogor juga tidak kalah hebat. Dia berhasil memenangkan peringkat ketiga dalam ketegori teknik (elektris dan mekanik) dan mendapatkan penghargaan sebesar US$ 1.000 untuk proyeknya yang berjudul ‘Digital Leaf Color Chart’.
Santhosh Viswanathan, Chief Representative Intel Indonesia mengatakan, kegiatan ini penting untuk terus digalakkan, mengingat ilmu pengetahuan dan matematika menjadi faktor penting untuk pertumbuhan global di masa depan.
"Kami mendukung penuh kegiatan Intel International Science and Engineering Fair (ISEF), demi untuk kemajuan dan pertumbuhan global di masa mendatang,” kata Santhosh Viswanathan.
Pada tahun ini, lebih dari 1.500 ilmuwan muda turut bersaing dalam ajang Intel International Science and Engineering Fair. Mereka ini dipilih dari 446 kompetisi serupa di sekitar 70 negara, wilayah dan teritori.
Dikesempatan yang sama, Deva Rachman, Corporate Affairs Director Intel Indonesia menyatakan, dalam kondisi ekonomi global seperti saat ini, Intel menyadari bahwa rasa ingin tahu, pemikiran kritis, serta pondasi kuat di bidang matematika dan sains merupakan hal yang penting dimiliki oleh sumber daya manusia Indonesia untuk bisa memiliki daya saing tinggi di masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar